PENGERTIAN DAN SEJARAH
KOMUNIKASI
A.
Pengertian Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi secara
Etimologis
Secara
etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa
latin communication, dan perkataan ini bersumber dari kata communis
yang berarti sama, sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Dengan
demikian komunikasi, menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), “menunjuk pada
suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977
antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran
informasi di antara individu melalui sistem lambng-lambang, tanda-tanda, atau
tingkah laku”.
Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, seperti dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna terhadap apa yang sedang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan
dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain,
mengerti bahasa saja belum tentu mengerti maksud yang dibawakan oleh bahasa
tersebut. Percakapan kedua orang tadi dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya,
selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan.
Akan tetapi,
pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas (dari segi bahasa) sifatnya masih
dasariah, dalam arti dalam komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna
dari pihak yang terlibat komunikasi. Dikatakan minimal karena komunikasi
tidaklah sekedar informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, namun
juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.
2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial
yang sifatnya multidisipliner, definisi-definisi yang yang berikan oleh para
ahli pun semakin banyak dan beragam. Masing-masing memiliki penekanan arti,
cakupan, dan konteks yang berbeda satu dengan lainnya. Dari sekian banyak
definisi tersebut, berikut diantaranya adalah menurut :
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner:
"Komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure,
grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya
disebut komunikasi.”
Theodore M. Newcomb:
"Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi
informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada
penerima.”
Carl I. Hovland:
"Komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)”
Gerald R. Miller:
"Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan
kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima.”
Everett M. Roger:
"Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka.”
Raymond S. Ross:
"Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan
mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respons pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud
komunikator."
Harold Lasswell:
(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa
Dengan Pengaruh Bagaimana? [1][4]
Ketujuh definisi di atas, masing-masing memberikan penekanan arti yang
berbeda. Definisi dari Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, menekankan
komunikasi pada proses penyampaian. Hal yang disampaikan dapat berupa
informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, sedangkan cara
penyampaiannya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure,
grafik, dan sebagainya. Theodore M. Newcomb juga menekankan komunikasi sebagai
proses pengalihan informasi yang dilakukan oleh pihak komunikator, namun
komunikator dianggap memiliki kewenangan penuh kepada sasaran komunikasinya.
Sedangkan Raymond S. Ross menekankan
bahwa proses penyampaian komunikasi tidaklah sederhana karena dengan komunikasi
tersebut dimaksudkan terjadinya kesamaan pikiran antara komunikator dengan
komunikannya.
Definisi
dari Carl I. Hovland, Gerald R. Miller, Everett M. Roger menunjukkan bahwa
komunikasi adalah proses yang terjadi antara satu orang pada orang lainnya,
namun kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja mempunyai tujuan untuk
mengubah atau membentuk perilaku dari orang lain yang menjadi sasaran
komunikasi.
Definisi dari Harold Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan
lima komponen yang terlibat dalam komunikasi. Yakni siapa (pelaku komunikasi
pertama yang punya inisiatif sebagai sumber), mengatakan apa (isi informasi
yang disampaikan), kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan
sasaran penerima), melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi), dan
dengan akibat apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Definisi ini
menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja dan memiliki
tujuan.
Dari
berbagai defenisi komunikasi sebelumnya, diperoleh gambaran bahwa komunikasi
memiliki karakteristik sebagai berikut[2][5]:
a. Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi
sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan suatu rangkaian
tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau
sekuensi) serta berkaitan satu dengan lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak statis tetapi dinamis dalam arti
akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus.
Proses komunikasi dalam prosesnya melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor-faktor
atau unsur-unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta,
pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang
terjadi, serta kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi.
b. Komunikasi
adalah upaya yang disengaja dan memiliki tujuan
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja
serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari para pelakunya. Pengertian
“sadar” di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang
sepenuhnya berada dalam kondisi mental-psikologis yang terkendali atau
terkontrol bukan dalam keadaan “mimpi”. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi
yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan pelakunya. Sementara tujuan
menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.
c.
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang
terlibat
Kegiatan
komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua
orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian
yang sama terhadap pesan yang dikomunikasikan.
d. Komunikasi
bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lambing-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam
komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata,
kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
Selain
bahasa verbal, juga adal lambang-lambang yang bersifat nonverbal yang dapat
dipergunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerak tangan, kaki, atau bagian
lainnya dari tubuh), warna, sikap duduk atau berdiri, jarak, dan berbagai
bentuk lambing lainnya. Penggunaan lambang-lambang
nonverbal ini lazimnya dimaksudkan untuk memperkuat arti dari pesan yang
ditunjukkan.
e. Komunikasi
bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua
tindakan tersebut tentunya dilakukan secara seimbang dan proporsional oleh
masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
Pengertian
“transaksional” juga menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi
tidak hanya ditentukan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak
yang terlibat dalam komunikasi.
f. Komunikasi menembus ruang dan waktu.
Komunikasi
menembus ruang dan waktu maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat
dalam komunikasi tidaklah haruis hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon,
faksimili, telex, video-text, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (ruang dan
waktu) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.
B. Pengertian Ilmu Komunikasi
Pengertian Ilmu Komunikasi merujuk pada pendapat Carl I. Hovland adalah
suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip dalam bentuk yang tepat
mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk pendapat serta sikap-sikap.[3][6]
C. Perkembangan komunikasi sebelum menjadi science, komunikasi sebagai science
sejak dekade 40-an sampai sekarang
Ilmu komunikasi adalah salah satu disiplin yang masuk dalam kelompok
ilmu-ilmu sosial. Secara umum, sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat
dibagi dalam empat (4) periode. Pertama, periode "tradisi
retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua, periode
antara tahun 1900 sampai Perang Dunia II yang dapat disebut sebagai periode pertumbuhan ilmu komunikasi. Ketiga,
periode setelah perang Dunia II sampai tahun 60-an. Periode ini umumnya disebut
sebagai periode konsolidasi. Dan, keempat adalah periode teknologi
komunikasi yang dimulai dari tahun 60-an sampai sekarang. Tiap periode
masing-masing memberikan karakteristik tersendiri terhadap penekanan bidang
studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati. Berikut adalah uraian
singkat mengenai kondisi dan perkembangan ilmu komunikasi untuk setiap periode.[4][7]
1. Periode Tradisi Retorika
Perkembangan lahirnya ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak peradaban
Yunani Kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi. Sebutan "komunikasi"
dalam konteks arti yang berbeda sekarang ini memang belum dikenal saat itu.
Isilah yang berlaku pada zaman tersebut adalah "retorika".
Para ahli berpendapat bahwa studi retorika sebenarnya telah ada sebelum
zaman Yunani (Golden, 1978, Foss, 1985; forsdale 1981). Disebutkannya bahwa
zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada tokoh-tokoh retorika seperti Kagemni dan
Ptah-Hotep. Namun demikian tradisi retorika sebagai upaya pengkajian yang
sistematis dan terorganisir baru dilakukan di zaman Yunani Kuno dengan
perintisnya Aristotle (Golden, 1978)
Pengertian "retorika" menurut Aristotle, menunjuk kepada segala
upaya yang bertujuan untuk persuasi. Lebih lanjut Aristotle menyatakan bahwa
retorika mencakup tiga unsur yakni:
a. ethos (kredibilitas sumber)
b. pathos (hal yang menyangkut
emosi/perasaan) dan
c. logos (hal yang menyangkut
fakta)
Dengan
demikian upaya persuasi, menurut Aristotle menuntut tiga (3) faktor yakni
kredibilitas dari pelaku komunikasi yang melakukan kegiatan persuasi, kemampuan
untuk merangsang emosi/perasaan dari pihak yang menjadi sasaran, serta
kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung (logika)
Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian dikembangkan lagi oleh Cicero
dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang meliputi lima (5) unsur:
a. Invention (urutan argumentasi)
b. dispesitio (pengaturan ide)
c. eloquito (gaya bahasa)
d. memoria (ingatan), serta
e. pronunciation (cara
penyampaian pesan)
Kelima unsur ini, menurut Quintilian dan Cicero merupakan faktor-faktor
penentu keberhasilan upaya persuasi yang dilakukan seseorang. Tokoh-tokoh
retorika lainnya yang dikenal pada zaman itu adalah Corax, Socrates dan Plato.
Dalam abad pertengahan studi retorika ini secara
institusional semakin mapan, khususnya di negara-negara Inggris, Perancis dan
Jerman. Tokoh-tokohnya yang terkemuka pada masa ini antara lain Thomas Wilkson,
Francis Bacon, Rene Descartes, John Locke, Giambatista, dan David Hume.
Dalam akhir abad ke 18 prinsip-prinsip retorika
yang dikemukakan oleh Aristotle, Cicero dan Quintilian, kemudian menjadi dasar bagi
bidang kajian "speech communication" (komunikasi ujaran) dan "rhetoric".
Retorika tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengertian
retorika menunjuk pada "kemampuan manusia mengunakan lambang-lambang
untuk berkomunikasi satu sama lainnya" (Foss et al, 1985:15)
Tokoh-tokoh retorika yang terkenal pada saat ini antara lain: I.A Richard,
Richard M. Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth Burke, Marshall Mcluhan, Michel
Foucalt, Jurgen Habermas, Ernesto Grassi dan Chaim Perelman.
2. Periode Pertumbuhan : tahun 1900 – Perang Dunia II
Pertumbuhan komunikasi sebagai salah
satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat dikatakan dimulai pada awal abad
ke-19. Sedikitnya ada tiga pertimbangan penting pada masa ini. Pertama,
adalah penemuan-penemuan teknologi komunikasi seperti telephone, radio,
televisi, dll. Kedua, proses industrialisasi dan modernisasi yang
telah terjadi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Ketiga,
pecahnya Perang Dunia I dan II.
Semua perubahan ini memberi bentuk dan arah kepada bidang kajian ilmu
komunikasi yang terjadi pada masa ini. Secara umum bidang-bidang studi
komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi dengan
institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan, peranan komunikasi dalam
kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan
pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan kehidupan sosial mulai
berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa
komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan sosial.
Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam mengamati
proses dan pengaruh komunikasi. Di bidang pengkajian komunikasi dan
pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti mencakup penggunaan teknologi
baru dalam pendidikan formal, keterampilan komunikasi, strategi komunikasi
instruksional, serta "reading and listening". Sementara
dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan terhadap khalayak serta
aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media mulai berkembang sejalan
dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran (broadcasting)
Pikiran-pikiran
baru tentang komunikasi yang terjadi pada masa
ini, langsung atau tidak langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan
para ahli ilmu sosial Eropa. Pada masa itu (menjelang akhir
abad ke 18) universitas-universitas di Eropa, terutama Jerman dan Perancis,
merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia. Pokok-pokok pikiran dari Max
Weber, August comte, Emille Durkheim dan Sir Herbert Spencer
dipandang punya pengaruh terhadap pengembangan teori-teori komunikasi yang
terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh ilmu lainnya yang dianggap punya andil
besar adalah Gabriel Tarde dan George Simmel.
3.
Periode Konsolidasi : Perang Dunia II – tahun 1960an
Periode setelah perang Dunia II sampai tahun 1960-an disebut sebagai suatu
ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner (mencakup berbagai ilmu)
mulai terjadi. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai oleh 3 (tiga) hal.
Pertama, adanya
adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Kedua,
munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses
komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang
dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu
pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu
lainnya, karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks.
Sedikitnya ada tujuh tokoh yang punya andil besar dalam periode ini. Mereka
adalah Claude E. Shannon, Norbet Wiener, Harold Lasswell, Kurt Lewin, Carl I.
Hovland, Paul F. Lazarsfield (ahli sosiologi), Kurt Lewin dan Carl I. Hovland
(keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh Wilbur Schramm sebagai "the
founding fathers" (para pendiri atau perintis) ilmu komunikasi.
Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran mereka dipandang sebagai landasan
bagi pengembangan-pengembangan teori komunikasi. Wilbur Schramm sendiri dinilai
sebagai "institutionalizer" – yakni yang merintis upaya
pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian akademis. Karena
jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi menjadi suatu disiplin ilmu
sosial yang mapan dan melembaga menjadi terealisasi. "Institute of
Communication Research" yang didirikan Schramm di Illonis pada tahun
1947 merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama di
Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh lainnya yakni Claude E. Shannon dan
Nobert Wiener disebut sebagai
"insinyur-insinyur komunikasi".
Istilah "Mass Communication" (Komunikasi Massa) dan "Communication
Research" (Penelitian Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan
bidang ilmu komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran :
komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan
organisasi, dan komunikasi macro sosial serta komunikasi massa. Lebih
lanjut, sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara
termasuk negara-negara berkembang, studi-studi khusus tentang peranan dan
kontribusi komunikasi dalam proses perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai
banyak dilakukan.
4.
Periode Teknologi Komunikasi : tahun 1960an - sekarang
Sejak tahun 1960-an ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada
spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan studi komunikasi sebagai
suatu disiplin ilmu telah mulai memasuki periode "take off" (tinggal
landas) sejak tahun 1950-an. Secara institusional kepesatan perkembangan ilmu
komunikasi pada masa sekarang ini antara lain tercermin dalam beberapa
indikator sebagai berikut:
a. Jumlah
universitas yang menyelenggarakan program pendidikan komunikasi semakin banyak
dan tidak hanya terbatas di negara-negara maju seperti AS, tetapi juga
negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika,
b. Asosiasi-asosiasi profesional
di bidang ilmu komunikasi juga semakin banyak, tidak saja dalam jumlahnya
tetapi juga cakupan keanggotaannya yang regional dan internasional. Dan
c. Semakin
banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan komunikasi.
Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin komunikasi ini juga tercermin
dengan:
a. Semakin
banyaknya literatur komunikasi seperti
buku-buku, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian ilmiah atau terapan,
monografis dan bentuk-bentuk penerbitan lainnya
b. Semakin beragamnya
bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi
c. Serta
semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi yang
dihasilkan para ahli. Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi,
sekitar 50 teori dan 28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989;
McQuail & Windahi, 1981; Forsdale, 1981)
Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode
teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor
sebagai berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer,
VCR, TV kabel, parabola video home computer, satelit komunikasi, teleprinter,
videotext, laser vision dan alat-alat komunikasi jarak jauh lainnya, (2)
tumbuhnya industri media yang cakupannya tidak hanya bersifat nasional tetapi
juga regional dan global, (3) ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan
politik global/internasional, (4) semakin gencarnya kegiatan pembangunan
ekonomi di seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses demokratisasi
ekonomi dan politik. Sebagai akibatnya, studi-studi komunikasi yang banyak
dilakukan (khususnya di negara maju seperti AS) cenderung difokuskan pada
proses dan dampak sosial penggunaan teknologi media komunikasi; arus penyebaran
dan pemusatan informasi regional dan global (misalnya "transborder data
flow"), aspek-aspek politik, ekonomi dan informasi, komunikasi antar
industri media, dampak sosial dari teknologi interaktif seperti komputer,
komunikasi manusia-mesin, dampak telekomunikasi terhadap hubungan antar-budaya,
serta aspek-aspek yang menyangkut manajemen informasi. Pendekatan disiplin
ekonomi mulai diterapkan, karena disadari bahwa informasi di masa sekarang ini merupakan
komoditi yang mempunyai nilai tambah.
D. Sekilas
Perkembangan Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi di Indonesia
Dibandingkan dengan jurusan-jurusan lainnya di lingkungan fakultas ilmu
sosial dan ilmu politik, jurusan komunikasi sebenarnya merupakan jurusan yang
tergolong “tertua”. Sebutan jurusan ilmu komunikasi baru dikenal sekitar tahun
1970-an. Sementara sebelumnya popular dengan sebutan Jurusan Publisistik
atau Jurnalistik.
Menurut
laporan “Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia” yang dibuat oleh Tim ISKI
Semarang, ilmu komunikasi telah diajarkan pada Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta pada tahun 1949. Tahun 1950, akademi tersebut
kemudian menjadi bagian sosial politik dari Fakultas Hukum Universitas Gajah
Mada, di mana penerangan menjadi salah satu jurusan yang ada di dalamnya.
Perguruan tinggi berikutnya yang menyelenggarakan pendidikan komunikasi adalah
Perguruan Tinggi Djurnalistik di Jakarta yang didirikan pada tanggal 5
September 1953. Kini perguruan tinggi ini namanya telah berubah menjadi
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memiliki Fakultas Ilmu Komunikasi.
Di Universitas Indonesia, pendidikan komunikasi telah dimulai sejak tahun
1959 dengan dibukanya jurusan Publisistik pada Fakultas Hukum dan Ilmu
Pengetahuan Kemasyarakatan. Dibukanya jurusan Publisistik ini sekaligus
merupakan awal dari munculnya fakultas baru di lingkungan Universitas Indonesia,
yakni Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (IPK). Empat tahun kemudian
sebutan Fakultas IPK diganti menjadi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (FIS-UI), dan
sejak tahun 1983 nama FIS-UI ini diubah lagi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP). Sejalan dengan perubahan nama Fakultas, sebutan jurusan
Publisistik pun ikut berganti menjadi Departemen Komuniaksi Massa (1972), dan
kemudian menjadi Jurusan Ilmu Komuniaksi FISIP-UI pada tahun 1983.
Di Bandung, Jawa Barat, pendidikan komunikasi dimulai tahun 1960 dengan
didirikannya Fakultas Djurnalistik dan Publisistik yang berada di bawah naungan
Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran. Fakultas ini kemudian menjadi Institut
Publisistik, dan pada tanggal 3 November 1965 diubah statusnya menjadi Fakultas
Publisitik Universitas Padjadjaran. Kini namanya telah berubah menjadi Fakultas
Ilmu Komunikasi (FIKOM-UNPAD). Pada tahun-tahun berikutnya
perguruan-perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menyelenggarakan
pendidikan komunikasi semakin banyak jumlahnya.
Pada awalnya kurikulum program pendidikan tinggi komunikasi di Indonesia
banyak dititikberatkan pada bidang studi jurnalistik dan penerangan.
Tujuan kurikulum umumnya diarahkan pada upaya pemberian pengetahuan dan
keahlian bagi kalangan yang berkecimpung atau berminat untuk bekerja dalam
bidang pers khususnya surat kabar, majalah dan radio, serta bidang penerangan.
Pada masa
sekarang ini, pendidikan komunikasi pada universitas-universitas/sekolah tinggi
di Indonesia tidak lagi sebatas pada bidang kewartawanan/jurnalistik dan
penerangan. Bidang-bidang spesialisasi studi lainnya seperti komunikasi
pembangunan, kehumasan, periklanan, “broadcasting” (siaran radio dan TV),
perfilman, informatika dan teknologi komunikasi telah pula diselenggarakan. Menurut
peraturan pendidikan yang baru, jurusan perpustakaan yang sebelumnya umumnya
masuk pada fakultas sastra, sekarang ini dimasukkan sebagai salah satu bidang
studi komunikasi. Jenjang pendidikan yang diselenggarakan pun semakin
meningkat, tidak hanya jenjang S-1, namun juga jenjang S- - See more at:
http://sitizainab493.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dan-sejarah-komunikasi.html#sthash.iX4PJ3IP.dpuf
Sumber : http://sitizainab493.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dan-sejarah-komunikasi.html